BLOG

No Image

Remaja dan Aksi Bullying


I’m sorry that I wasn’t able to love someone or have someone love me. I guess it’s best though, because now I leave no pain onto anyone. The kids in school are right, I’m a loser, a freak, and a fag and in no way is that acceptable for people to deal with. I’m sorry for not being a person that would makes someone proud. I’m free now Xoxo. Carlos.

Begitulah Carlos menulis dan memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter pada 13 Juli 2013 lalu. Selama tiga tahun remaja yang tinggal di Valencia County, Amerika Serikat ini, menjadi korban bullying oleh teman-temannya. Carlos diejek oleh temannya hanya karena berjerawat dan berkaca mata, bahkan dianggap sebagai homo.

Ray Vigil sangat geram mengetahui masalah yang menimpa anaknya, oleh karena itu Ray mendesak pemerintah setempat untuk membuat Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang bullying. Namun, ketika Carlos memposting surat bunuh diri, Ray Vigil sedang berada di North California untuk membahas RUU tersebut. Seketika membaca postingan Carlos, Ray langsung pulang dan menemukan Carlos sudah meninggal.

Kejadian tersebut menenjukkan bahwa bullying sangat menggangu kehidupan para korban. Kebanyakan aksi bullying berasal dari permasalahan sepele di keluarga dan intimidasi pertemanan. Penindasan bullying tidak lagi terbatas pada sekolah dan sudut-sudut jalan yang sepi. Penindasan tersebut dapat dilakukan di media sosial yang dikenal dengan cyber bullying. Bullying dan cyber bullying merupakan dua sifat agresif dengan dampak yang sama.

Biasanya,  remaja yang berusia 7-21 tahun yang menjadi korban. Penelitian UNICEF dan Kominfo yang dirilis pada 2014, melibatkan 400 responden (usia 10-19 tahun) di 17 provinsi, juga menemukan bahwa anak-anak sangat rentan menjadi korban cyber bullying. Dilihat dari segi emosional, remaja-remaja tersebut belum matang. Sehingga mereka  terlalu mengambil hati dan tidak kuat menahan tekanan perasaan. Sering memendam perasaan sendiri, menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran negatif. Pikiran tersebut yang akan menjerumuskan seseorang pada jalan yang salah seperti bunuh diri.

Sejatinya, media sosial banyak memberikan dampak positif. Namun, terkadang pengguna belum pintar memanfaatkan aplikasi yang ditawarkan. Seperti tidak paham tentang keamanan dalam menggunakan media sosial. Mereka membiarkan orang lain dengan mudah melihat dan membaca profil mereka sendiri. Hal ini juga merupakan pemicu dari aksi cyber bullying.  

Kini di media sosial seperti Instagram telah diklaim menjadi aplikasi yang sering digunakan untuk melakukan aksi cyber bullying. Salah satu wadah yang digunakan oleh si pelaku bullying adalah kolom komentar. Para pengguna dapat dengan dengan mudah mengungkapkan pendapat tanpa memperhatikan pasal 29 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang nantinya akan dapat menimbulkan tuntuan hukum.

Begitupun di dunia nyata yang pada umumnya terjadi di sekolah. Biasanya pelaku bullying di sekolah terjadi karena perasaan dendam, pengaturan emosi, cemburu sosial, dan kurangnya kegiatan yang bermanfaat selain sekolah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Seto Mulyadi seorang pakar psikolog yang dilansir dari Liputan6.com menjelaskan, pada dasarnya pelaku bullying merupakan siswa yang tidak mendapatkan fasilitas yang cukup untuk mengasah kompetensi. Lebih lanjut, Seto mengungkapkan pelaku bullying adalah mereka yang tidak percaya diri. Adanya ruang seni untuk mereka, diharapkan bisa menciptakan rasa percaya diri.

Kasus bullying adalah kasus semua pihak. Pihak-pihak tersebut dimulai dari sendiri, yang tidak mudah terpengaruh dengan hasutan atau provokasi, mampu menjaga privasi aplikasi media sosial yang digunakan, dan pandai menjaga sikap di lingkungan sekitar. Kesadaran diri sendiri merupakan hal utama  dari perubahan perilaku bullying dan cyber bullying. Kontrol dan peranan orang tua pun sangat mempengaruhi. Orangtua harus mengetahui bullying itu sendiri dan bagaimana cara mengatasinya. Memberikan pendidikan serta mengajarkan norma yang sehat dalam penggunaan media sosial yang aman dan interaksi sosial yang baik.

Related Posts

Comments

Twitter

E-Magz